MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS
Disusun
oleh :
Adityas
Yan Nugroho
Angga
Vivi Ardi
Anggraini
Anita
Indriani
AKADEMI KEPERAWATAN
PRAGOLOPATI PATI
TAHUN AJARAN 2010 /
2011
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
dengan Kolelitiasis ini tepat pada waktu yang ditentukan. Dalam proses
penyelesaian makalah ini, dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :
1.Bapak Sutarwo selaku Direktur Akper
Pragolopati yang sudah mendukung dalam pembuatan makalah ini
2. Ibu Ika Karunianingsih, Skep, , pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan , pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan makalah ini.
3. pihak-pihak lain yang telah mendukung
dalam pembuatan makalah ini
Semoga Allah
SWT membalas jasa serta budi budi baik kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyelesaian makalah ini. Harapan kami, walaupun kecil semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat khususnya bagi perkembangan
ilmu keperawatan.
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyususnan makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari kami, kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini akan penulis terima dengan keiklasan hati.
Pati, Novermber
2010
Kelompok,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kolelitiasis
( kalkulus / kalkuli, batu empedu )biasanya terbentuk dalam kandung empedudari
unsure – unsure pasat yang membentuk cairan empedu; batu empedu memiliki
ukuran, bentuk, dan komposisi yang berfariasi. Batu empedu tidak lazim di
jumpai pada anak – anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada
individu dengan usia di atas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelistiasis
semakin meningkat hingga satu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75
tahun satu dari tiga orang akan memiliki batu empedu.
( Brunner & Suddarth : 2001)
B. Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai
syarat untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit koleslitiasis
3. Agar
mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
kolelitiasis
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Kolelitiasis / koledokolelitiasi
merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu yang
pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.
(
Williams, 2003 )
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan
dimana terdapat batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) dari unsure –
unsurepadat yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran bentuk dan
komposisi yang bervariasi.
(Bbrunner & Suddarth : 2001)
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kolelitiasis /
koledokolelitiasis atau batu empedu belum di ketahui. Suatu teori mengatakan
bahwa kolesterol dapat menyebabkan superaturasi empedu di kandung empedu.
Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami superaturasi menjadi
mengkristal dan memulai membantuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu
pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika
bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium.
( Williams, 2003 )
C.
MANIFESTASI KLINIK
1. Gangguan
pencernaan mual dan muntah
2. Nyeri
perut kanan atas atau kadang – kadanghanya rasa tidak enak di epigastrium
3. Yang
khas yaitu nyeri yang menjalar ke bahu atau sub scapula
4. Demam
dan ikterus
5. Gejala
nyeri perut akan bertambah apabila terdapat lebih banyak lemak
( Mansjoer, Arif , 1999 )
D. PATOFISIOLOGI
Ada 2 tipe utama batu empedu yaitu, Batu
Empedu Pigmen dan Batu Empedu Kolesterol.
Batu pigmen, yaitu kemungkinan akan
terbentukmbila pigmen yang tidk konjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi
(pengendapan) sehingga menjadi batu. Resiko terbantuknya batu ini pada pasien
serosis, hemolisis, dan infeksi percabangan biliar. Batu ini tidak dapat di
larutkan dan harus di keluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol merupakan unsure normal
pembentuk empedu yang bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya tergantung
pada asam empedu dan lesitin dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita
batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam dan peningkatan kolesterol
dalam hati sehingga mengendap dan membentuk batu.getah empedu yang jenuh oleh
kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan
sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
( Brunner & Suddarth : 2001 )
E. PATHWAYS
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang penting ialah terjadinya
kolelitiasis akut dan kronik koleodokolitiasis dan pancreatitis yang lebih
jarang ialah kolangitis abses hati sirosibilier, empiema, dan ikterus
obstrukstif.
(Mansjoer,arif:1999)
G. PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan
pendukung dan diet.
Kurang lebih 80% dari pasien – pasien
inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus,
penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus di
tunda sampai gejala akut mereda dan evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan,
kecuali jika kondisi pasien memburuk.
( Smeltzer, 2002 )
Manajemen terapi :
Ø
Diet rendah lemak,
rendah kalori, dan tinggi protein
Ø
Pemasangan pipa lambung
bila terjadi distensi perut
Ø
Observasi keadaan umum
dan pemeriksaan vital sign
Ø
Dipasang infus program
cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
Ø
Pemberian antibiotik
sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
2.
Pengangkatan batu
empedu tanpa pmbedahan.
Ø
Pelarutan bahan empedu
dengan bahan pelarut (misalnya : monooktanion atau metil tertier butil eter /
MTBE) dengan melalui jalur selang atau kateter yang di pasang perkutan langsung
kedalam kandung empedu ; melalaui selang atau drain yang di masukkan melalui
saluran T Tubeuntuk melarutkan batu yang belum di keluarkan saat pembedahan;
melalui endoskop ERCP; atau kateter biliar transnasal.
Ø
Pengangkatan non bedah dengan
bberapa metode di gunakan untuk mengeluarkan batu yang belum diangkatpada saat
kolisistomi atau yang terjepit dalam duktus koledukus. Prosedur pertama sebuah
kateter dan alat di sertai jaring yang terpasang padanya disisipkan lewat
saluran T Tube atau lewat fistula yang terbentuk saat insersi T Tube; jaring di
gunakan untuk memasang dan menggunakan endoskop ERCP. Setelah endoskop
terpasang, alat pemotong dimasukkan lewat endoskop tersebut kedalam ampula
Vater dari duktus kolbatuedukus. Alat ini di gunakan untuk memotong serabut –
serabut mukosa atau papila dari spingter Oddi sehingga mulut spingter tersebut
dapat di perlebar. Perlebaran ini memungkinkan yang terjepit untuk bergerak
dengan spontan kedalam duodenum . alat lain yang di lengkapi dengan jaring atau
balon kecil pada ujungnya dapat dimasukkan melelui endoskop untuk mengluarkan
batu empedu . meskipun komplikasi setelah tindakan ini jarang terjadi, namun
kondisi pasien harus diobservasi dengan ketat untuk mengamati terjadinya
perdarahan, perforasi, pankreatitis.
Ø
ESWL (Exstrakorporeal
Shock – Wve Lithotripsy) prosedur noninvasiv ini menggunakan gelombang kejut
berulang (Repeated Shock Wave) yang di arahkan pada batu empedu atau duktus
koledukus dengan maksut memecah betu tersebut menjadi beberapa sejumlah
fragmen.
( Smeltzer, 2002 )
3.
Penatalaksanaan
bedah
Penanganan bedah pada penyakit batu
empedu dan kandung empedu di laksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah
berlangsung lama, untuk mengurangi penyebab kolik bilier dan untuk mengurangi
kolasistisi akut. Pembedahan dengan efektif dilaksanakan jika gejala yang di
rasakan pasien sudah mereda atau bisa di laksanakan sebagai suatu prosedurdarurat
bila mana kondisi pasien mengharuskannya.
Tindakan operatif meliputi :
Ø
Sfingerotomi endoskopik
Ø
PTBD(perkutaneus
transhepatik bilirian drainage)
Ø
Pemasangan T Tube
saluran empedu endoskop
Ø
Laparatomi kolesistomi
pemasangan T Tube
4. Penatalaksanaan pra operatif
Ø Pemeriksaan
sinar X pada kandung empedu
Ø Foto
thoraks
Ø Ektrokardiogram
Ø Pemeriksaan
faal hati
Ø Vitamin
K (diberikan bila kadar protombin pasien rendah)
Ø Terapi
komponen darah
Ø Pemenuhan
kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa secara intravena bersama suplemen hidrolisat
proteinmungkin di berikan untuk membantu kesembuhan luka dan mencegah kerusakan
hati.
( Mansjoer, Arif : 1999)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
a.
Pengkajian :
1. Aktivitas
dan istirahat:
·
subyektif : kelemahan
·
Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi
:
·
Obyektif : Takikardia,
Diaphoresis
3. Eliminasi
:
·
Subektif : Perubahan
pada warna urine dan feces
·
Obyektif : Distensi
abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .
4. Makan
/ minum (cairan)
Subyektif :
Anoreksia, Nausea/vomit.
·
Tidak ada toleransi
makanan lunak dan mengandung gas.
·
Regurgitasi ulang,
eruption, flatunasi.
·
Rasa seperti terbakar
pada epigastrik (heart burn).
·
Ada peristaltik,
kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
·
Kegemukan.
·
Kehilangan berat badan
(kurus).
5. Nyeri/
Kenyamanan :
Subyektif :
·
Nyeri abdomen
menjalar ke punggung sampai ke bahu.
·
Nyeri apigastrium
setelah makan.
·
Nyeri tiba-tiba dan
mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba
lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada
pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi
:
Obyektif :
Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
7. Keamanan
:
Obyektif : demam
menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan (
defisiensi Vit K ).
8. Belajar
mengajar :
Obyektif : Pada
keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada
riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.
Prioritas Perawatan :
a. Meningkatkan
fungsi pernafasan.
b. Mencegah
komplikasi.
c. Memberi
informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan
Tujuan Asuhan Perawatan :
a. Ventilasi/oksigenasi
yang adekwat.
b. Mencegah/mengurangi
komplikasi.
c. Mengerti
tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan
( Dongoes : 1999 )
b.
Diagnosa dan
Intervensi.
1. Gangguan rasa nyaman
(nyeri) sehubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu kurang
dari 24 jam.
Kriteria Hasil : Klien
menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat
istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a.
Beri penjelasan pada
klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b.
Ajarkan teknik
relaksasi dan destraksi.
c.
Bantu klien menentukan
posisi yang nyaman bagi klien.
Rasional :
a.
Penjelasan yang benar
membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama.
b.
Dapat mengurangi
ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat mengurangi rasa nyeri.
c.
Penderita sendiri yamg
merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri.
2. Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : menunjukkan
adanyakeseimbangan cairan seperti output urine adekuat, tekanan darah stabil,
membran mukosa mulut lembab, dan turgor kulit baik.
Kriteria Hasil : Cairan
tubuh tetap stabil, tekanan darah normal, mukosa mulut lembab, dan kulit
elastis.
Rencana Tindakan :
a.
Berikan makanan dan
cairan
b.
Berikan pengobatan anti
diare dan anti muntah
c.
Lakukan bersihan mulut
sebelum dan sesudah makan
Rasional :
- Memenuhi kebutuhan makanan dan minuman
- Menurunkan peristaltik pada usus dan muntah
- Meningkatkan nafsu makan
3.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah
Tujuan : peningkatan
status nutrisi
Kriteria Hasil : Kebutuhan
nutrisi tubuh tetep terpenuhi
Rencana tindakan :
a.
Sajikan makanan yang
mudah di cerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit
tapi sering.
b.
Jaga kebersihan mulut
pasien
c.
Bantu pasien makan jika
tidak mampu
Rasional :
a.
Meningkatkan selera
makan dan intake makan
b.
Mulut yang bersih akan
meningkatkan nafsu makan
c.
Mempermudah pasien bila
dalam keadaan keterbatasan gerak
4.
Perasaan tidak
menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas / tidak spesifik/
Tujuan
: pasien dapat menurunkan kecemasan
Kriteria
Hasil : Kondisi pasien tetap stabil dan terkendali kestabilan emosinya
Intervensi
tindakan :
a. Membantu pasien dalam kemampuan koping
b.
Lakukan hubungan lebih akrab dengan pasien sebelum tidur
c.
Perhatikan keluhan fisik selama mengalami kecemasan
Rasional :
a.
Koping yang positif dapat menurunkan kecemasan
b.
Menimbulkan kepercayaan dan pasien merasa nyaman
c.
Cemas menimbulkan kegagalan pemenuhan fisik
( Tarwoto, Wartonah : 2003 )
Kesimpulan
Dalam bab penutup
penulis mengambil beberapa kesimpulan :
Penulis
dapat memenuhi tugas dalam perkuliahan
Kolelitiasis
/ koledokolelitiasi merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran
kan Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu empedu di dalam
kandung empedu (vesika felea) dari unsure – unsurepadat yang membentuk cairan
empedu yang memiliki ukuran bentuk dan komposisi yang bervariasi.
dung
empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.
Saran
Sebagai perawat profesional diharapkan
mampu melakukan tindakan Asuhan Keperawatan yang tepat dan sesuai prisedur.
Selaim itu pasien juga diharapkan dapat mengetahui labih lanjut tentang
penyakit kolelitiasis dan dapat menghindari makanan yang dapat menyebabkan
penyakit. Misalnya engan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 2. Jakarta EGC
Dongoes. M. E. (2000) Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Terjemah
oleh Kariasa M. 1999. Jakarat. EGC
Mansjoer Arif, (2001), Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 1 Jakarta : Media Aescuapius.
Tarwoto, Wartonah. 2003 Kebutuhan Dasar
Manusia. Salemba Medika.
Terimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.
BalasHapushttp://obattraditional.com/obat-tradisional-batu-empedu/